Beranda Kampus
Masuk
Pendaftaran
Beranda Kampus | Daftar | Masuk Selamat Datang! Guest | RSS

~{@} We Are Always Exist! Life Friends Future Hope Wish and Also Memories {@}~
Form Masuk°

Hamparan Menu°

Evaluator Web On Yahoo°
Status YM
~{@} Erry Sukmana {@}~
Status YM
~{@} B.A Sasongko {@}~
Status YM
~{@} Din2 Nugraha {@}~
Status YM
~{@} Agus Salim {@}~

Katagori°
Seni dan Kebudayaan (Sastra, Musik, Tari dll) [2]
Seni dan Budaya pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai.
Gaya Hidup (Life Style) [2]
Dinamika Hidup Yang Penuh Tantangan dan Tuntutan ditengah Era Informasi dan Teknologi, Perkembangan dan Modernisasi Disitulah Manusia dituntut Untuk Menyikapi dan Mensiasatinya
Berita Hangat / Gosip [0]
Berita yang berkembang / ngetrend di tengah masyarakat akan tetapi belum tentu kebanarannya.
uyonan , Humor. Lawak [0]
Ajang Menunjukan Gigi karena Gigi Adalah Lambang Tertawa atau pun tersenyum. Guyonan , Humor. Lawak konsumsi yg bikin sehat Pak Jasman dan Pak Rohan...
Perkembangan Ilmu dan Teknologi (Informasi, Komunikasi dll) [1]
lmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia [1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya
Kesehatan dan Pengobatan [2]
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[2] Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan
Politik Dalam Kehidupan Berbangsa dan Benegara [0]
Situasi, Dinamika dan Perubahan Manusia dalam Proses bernegara dan berbangsa di dalam dan luar Negeri
Religy [0]
Kehidupan Bathin dan Hubungan antara manusia dengan Tuhannya, Seringkali Fenomena Perbedaan Menjadikan pertentangan. Diharapkan Manusia mulai mencari persamaan walaupun adanya perbedaan arah pikiran ataupun komunitasnya
Sejarah dan Tokoh Panutan [3]
Para Tokoh dan sekitar sepak terjangnya yang perlu dijadikan Panutan

Obrolan(WebChat)°
200

Polling Web°
Rate my site
Total of answers: 3

Statistiks°


Total online: 1
Tamu: 1
Pengguna: 0

Main » 2010 » Oktober » 07 » Seni Calung
5:20 PM
Seni Calung

Bahan baku pembuatan calung mempergunakan bambu. Bambu yang biasa dipergunakan untuk membuat calung adalah bambu wulung atau dikenal nama awi wulung yang berwarna hitam atau putih.

Berdasarkan modelnya, calung memiliki ragam bentuk dan jenisnya, diantaranya : Calung Rantay, Gambang Calung, Gamelan Calung dan Calung Jingjing yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat dengan nama Calung saja.

Perangkat calung jingjing dalam bahasan Sarasehan Seni Calung Jawa Barat yang diselenggarakan pada tahun 80-an terdiri dari: Calung Melodi disebut "kingking”, Calung Angkob Panyemen disebut "panempas”, Calung Pangiring disebut "Jongjrong”, Calung Kolotomik disebut "Gonggong” dan Kosrek atau Kolotok yang merupakan alat tambahan. Semua waditra diatas merupakan satu kesatuan dalam seni pertunjukan Calung.


Teknik baku atau dasar membunyikan Calung adalah dipukul dengan mempergunakan alat pukul (ditakol). Tangan kiri memegang sematnya dan tangan kanan memukul batang-batang calung sesuai dengan nada yang diinginkan. Bagian yang dipukul adalah bidang depan (beungeut), sedangkan yang dipukulny pas di tengah-tengah antara ujung puhu dan lubang simpul pada bagian congo.

Ada beberapa motif pukulan dalam memainkan calung, yaitu: dimelodi, dikeleter, dikemprang, diraeh, dicaruk, dirincik, diracek, salancar dan dikotrek.

Oleh karena itu persiapan dalam penataan materi pertunjukan Calung harus direncanakan sebaik-baiknya. Para pemainnya juga harus kreatif dalam upaya meningkatkan keterampilan (skill), serta kemampuan dalam wawasan seni pentas. Harus diperhitungkan pula dengan matang mengenai situasi dan kondisi masyarakat yang akan dihiburnya. Hal lain yang lebih penting selain unsur hiburan, pada dasarnya pertunjukan calung dapat dijadikan alat komunikasi yang mengandung beberapa aspek antara lain penerangan dan pendidikan. Sumber

Sumber lain


Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat dan menjadi ciri khas budaya Sunda yang selama ini ada dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan Calung dimainkan dengan cara dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini.

Beberapa bentuk calung:

1. Calung Gambang
Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang.

2. Calung Gamelan
Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:
1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang
2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang
3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung
4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang
5. Kendang
Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo Gondang.

3. Calung Jingjing
Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengan tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemari dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya, alatnya terdiri dari:
1. Calung Melodi mempunyai sepuluh nada s.d. 12 nada
2. Calung pengiring/akompanyemen terdiri dari 10 nada
3. Calung Jengglong terdiri dari 5 nada
4. Calung besar sebanyak dua batang/nada berfungsi sebagai kempul dan gong


Contoh :

Calung Tarawangsa Cibalong Tasikmalaya



MAK Enar (64) sudah duduk bersimpuh di panggung, menghadapi kecapi berdawai tujuh. Di sebelah kanan duduk Mang Oman (55) memegang tarawangsa (sejenis rebab, alat musik gesek berdawai dua). Sebelah kiri Mak Enar, duduk Yana (42) dan Yayan (36), masing-masih sudah siaga untuk memainkan calung rantay (alat musik dari bambu, mirip kolintang yang dirangkaikan dengan areuy, sejenis tumbuhan merambat). Lampu panggung meredup perlahan.

Beberapa saat kemudian, Mak Enar mulai memetik kecapinya, disusul alun suara tarawangsa dan kelontang calung rantay, mengiringi lagu "Bubuka”. Irama lagu yang lembut memenuhi relung sepi auditorium Gedung Kesenian Tasikmalaya. Penonton memandang panggung, pikiran dan perasaannya entah terbawa ke mana, diajak berkelana rangkaian nada yang terdengar seakan dari dunia lain, di luar dunia wadag tempat kita berlakon.


Usai lagu "Bubuka”, kemudian tersaji lagu "Ayun”, "Sejak”, dan "Panyungsi”. Wirahmanya nyaris serupa, terdengar asing karena di luar pakem irama diatonis atau pun pentatonis. Menurut beberapa ahli musik, irama calung tarawangsa konon disebut laras lindu. Syair yang dilantunkan Mak Enar pun tak begitu bisa dimengerti, berbahasa Sunda buhun. Meski demikian, tak mengurangi nilai yang sampai ke pusaran rasa kita. Calung tarawangsa, mempertemukan kembali rasa kesundaan manusia kiwari dengan salah satu kekayaan dari keluhuran seni manusia Sunda bihari.

Kepada penulis Mak Enar menyampaikan rasa bahagianya, karena hingga saat ini kesenian calung tarawangsa kian banyak yang mengundang untuk manggung. Meski tak setiap bulan, tapi grup calung tarawangsa "Dangiang Budaya” tempatnya berkiprah sejak usia 20-an, sudah melanglang ke beberapa kota di Jawa Barat.

"Pernah manggung di Indramayu, Tasik, Jakarta, dan paling sering di Bandung. Beberapa kali mentas ditonton oleh orang-orang sekolahan,” katanya sambil membetulkan kerudungnya. Kalau tidak di gedung kesenian, grup calung tarawangsanya main di kampus-kampus, katanya.
Di kampungnya sendiri, Kampung Cigelap, Desa Parung, Kecamatan. Cibalong, Kab. Tasikmalaya, yang mengundang tak pernah suwung. Baik untuk menghibur di tempat pesta pernikahan, atau pesta khitanan. Terutama, kata Mak Enar, di bulan Mulud dan bulan Rewah. Malah, katanya, grupnya sering juga diundang untuk menyembuhkan orang sakit. "Meski tak terlalu sering, tapi beberapa kali kita diundang untuk mengobati orang sakit,” kata Yayan, nayaga termuda di grup tersebut. Antara lain, kata Yayan, mengobati orang yang lumpuh, buta, dan orang yang kesurupan.

Menurut Oman, calung tarawangsa dipakai untuk terapi pengobatan sudah sejak dulu. Biasanya bila penderita sudah tak bisa atau bukan untuk disembuhkan oleh dokter. "Biasanya bila keluarga si sakit sudah bertanya kepada orang pintar. Umpamanya kepada ajengan. Nah, ajengan itulah yang suka mendapat ‘petunjuk’. Biasanya dengan kalimat ‘oh, ieu mah kudu ku kai bengkung ubarna’, atau, ‘ieu mah kudu meuncit kai’,” ujar Yana. Yang disebut "kai bengkung” itu tiada lain adalah tarawangsa, karena demikianlah sebutan orang kampung untuk waditra sejenis biola tersebut.

Menurut Oman, ‘mentas’ di tempat orang sakit biasanya di malam hari. Dari mulai pukul delapan malam sampai pukul dua subuh, sebagaimana kebiasaan bila mentas di tempat hajatan. Mereka main langsung di sebelah orang yang tengah sakit. Ada yang kemudian sembuh langsung dengan sekali main, ada juga yang sampai tiga kali main baru terlihat si sakit berangsur sembuh.

"Alhamdulillah, karena ijin Yang Maha Kuasa, si sakit biasanya biasanya bisa sembuh kembali. Misalnya, yang buta bisa melihat kembali dengan normal,” kata Oman. Bila mereka main untuk menyembuhkan orang sakit, kata Yana, mereka tak pernah mematok harga. Niatnya karena Allah, ujarnya.

Mereka sendiri pun tak mengarti mengapa suara calung tarawangsa bisa menyembuhkan orang sakit. Mereka hanya bisa mengutip perkataan orang-orang bahwa suara tarawangsa itu mempunyai aura gaib. "Kata orang-orang tua, waditra tarawangsa dulu mulai sering dimainkan waktu Prabu Siliwangi berkuasa di tatar Sunda. Sampai sekarang pun, baik saat main di pesta hajatan atau untuk menyembuhkan orang sakit, kadang-kadang ada orang yang melihat... eu... ya itulah... di kolong rumah atau di halaman,” ujar Yana, sebagian kalimat yang diucapkannya diberi penekanan gerak tangan. Yang ia maksud adalah, kadang-kadang ada orang yang melihat maung kajajaden (harimau jejadian), ikut menikmati suara tarawangsa. Dalam kultur masyarakat Sunda tradisional, ada kepercayaan bahwa Prabu Siliwangi hingga sekarang masih hidup, dan kadang-kadang menampakkan dirinya dalam wujud seekor harimau.

"Tapi, ya nggak pernah mengganggu,” kata Oman. Orang kampung yang mengundang juga sudah sama-sama faham, bahwa bila mengundang tarawangsa , akan datang juga "makhluk lain” yang ikut menyimak. Tapi, tentu saja tak setiap orang bisa melihat makhluk tersebut, hanya orang-orang tertentu saja. Satu atau dua orang.

Oman sangat percaya akan hal itu. Apalagi ia sendiri yang membuat alat musik tarawangsa yang biasa dimainkannya. Katanya, selalu ada rasa yang berbeda bila sebuah tarawangsa sudah layak untuk dibawa manggung. Bunyi dari gesekan dawainya akan terasa lain, seperti ada getar yang mampu menentramkan hati. Demikianlah, sebelum bunyi tarawangsanya belum ‘benar-benar menyentuh rasa’ ia akan terus membetulkannya hingga suaranya terdengar ‘sempurna’.

Oman sendiri membuat tarawangsa tidak hanya untuk dimainkan dirinya sendiri, tapi juga bila ada orang lain yang memesan. Satu buah tarawangsa biasanya dijual 250 ribu rupiah.

Semua bahan untuk membuat tarawangsa maupun waditra lain dalam seni calung tarawangsa menurutnya didapatkan di sekitar kampung. Bahan-bahan yang bisa dicari dengan mudah tanpa harus membeli. Seperti dawai untuk kecapi maupun tarawangsa biasanya memakai kawat baja bekas kawat kopling. Untuk alat menggesek tarawangsa memakai ijuk. Dan tali perangkai potongan bambu untuk calung, dibuat dari ‘areuy geweng’ sejening tumbuhan merambat di hutan yang liat dan kuat.

Kini Oman dan yang lainnya di grup calung tarawangsa "Dangiang Budaya”, sedang berusaha melatih anak-anak muda di kampungnya untuk regenerasi. "Insya Allah, kesenian calung tarawangsa akan selalu ada dan tak akan punah,” kata Yayan, optimis.*

Nazaruddin Azhar. Tulisan ini pernah dimuat harian umum Priangan (memakai nama Abu Jovin :)), dan diposting beberapa rekan di beberapa blog. Foto atas: Mang Oman sedang menggesek tarawangsa bikinannya. Foto oleh Nazaruddin Azhar. Semoga bermanfaat. sumber


Category: Seni dan Kebudayaan (Sastra, Musik, Tari dll) | Views: 1650 | Added by: amiksukapura | Rating: 0.0/0
Total comments: 1
1 tarmana permadi  
0
saya mau beli satuan dr calung kemana? hrg nya brp?

Only registered users can add comments.
[ Registration | Login ]
Kalender°
«  Oktober 2010  »
Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
     12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31

Arsip Masuk°

Pencarian
Google

Jejaring Sosial°

Browser Yang Disarankan°
Opera, the fastest and most secure web browser

Firefox

Informasi System°
IP

Radio Web°

Site Support°
blog-indonesia.com

Society Blogs - BlogCatalog Blog Directory

//almamiksukapura.ucoz.net

//almamiksukapura.ucoz.net

//almamiksukapura.ucoz.net

//almamiksukapura.ucoz.net

Academics blogs



Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!



Copyright alumni@AMIK's™ ©2025